Sempat Viral Nyinden Lagu Christina Perri, Ini Dia Sosok si Sinden Sewu Tahun dari Gunungkidul
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Mei 2024, linimasa media sosial seperti Tiktok dan Instagram ramai perbincangan mengenai lagu A Thousand Years milik Christina Perri yang di-cover oleh warga Kapanewon Tepus, Gunungkidul bernama Linda Adista. Linda meng-cover lagu berbahasa Inggris ini menggunakan cengkok sinden. Unggahan itu pun viral.
“Sepatu ku ilang. Jebul kecer ning dalan Mas, daerah Semanu. Padahal rambutku wis gelungan nganggo kebaya,” begitu kata Linda sembari mengingat kejadian empat bulan lalu ketika akan mengisi suatu acara di Kabupaten Bantul.
Advertisement
Keyboardist Linda memintanya untuk memakai sandal. Linda sewot. Kata dia, penampilan di atas panggung harusnya sempurna. Apalagi dia diorder langsung oleh pemilik hajatan.
Linda mengajak bertemu Harianjogja.com di Taman Kota Wonosari, Selasa (9/7/2024). Tak ada hiruk-pikuk warga kota, tetapi tak sepi juga. Di ujung selatan, beberapa pemuda sedang bermain skateboard di bawah remang sinar oranye lampu yang memancar di sela dedaunan. Di sisi yang lain satu-dua orang sedang duduk bersantai. Tak ada suara selain pancuran air.
Ternyata, nama aslinya Linda Rahmiastuti. Linda Adista adalah nama panggung. Dia lahir 23 tahun lalu di Padukuhan Gunung Butak, Kalurahan Giripanggung, Tepus. Darah seni yang Linda miliki berasal dari kakeknya yang seorang pengendang atau pengrawit. Tempat tinggalnya juga terkenal dengan kampung campursari.
Genre musik populer Jawa itu tercipta dari seorang penduduk Gunungkidul bernama Manthous atau Anto Sugiartono. Manthous berhasil mengembangkan campursari dengan menggabungkan gamelan jawa, keroncong, dangdut, dan musik tradisional dari daerah lain. “Satu padukuhan campursarinan semua dulu itu. Ada grup karawitan anak juga dulu. Sekarang sudah pada berpencar,” katanya.
Linda masih ingat ketika kakeknya melatihnya bermain saron, salah satu instrumen musik gamelan, dengan tembang pangkur wiromo lombo. Inilah pertama kali Linda nyinden. Dia masih kelas II SD.
Tak begitu sulit bagi Linda nyinden. Dia sudah belajar dengan menirukan tembang oleh sinden yang kerap diputar kakeknya melalui vcd. Dia sendiri mengaku tidak menyadari bakat menyanyinya.
Saat Linda bersekolah di SMKN 1 Wonosari pun dia ikut paduan suara, meski bukan lagu-lagu campursari yang dibawakan. Sebenarnya, setelah lulus SMPN 2 Tepus, Linda ingin masuk SMKI, Kasihan, Bantul. Keinginannya kandas lantaran orang tuanya tidak bisa melepas Linda yang dianggap masih kecil sendirian jauh dari rumah.
Setelah lulus pada 2020, sebenarnya dia masih punya keinginan untuk kuliah di ISI Yogyakarta. Namun, keinginan ini surut seiring berjalannya waktu. Katanya, dia ingin fokus ke karir.
Sewu Tahun
Selama di SMK, Linda sering diajak berlatih menyanyi oleh keyboardist campursari. Salah satu yang mengajaknya yaitu Supadi. Akan tetapi dia baru berani mengambil job pada 2022 ketika ada permintaan untuk mengisi acara perpisahan salah satu sekolah di Gunungkidul. Hingga saat ini dia sering mengisi acara di beberapa kabupaten di DIY.
Dalam sebulan, Linda bisa mendapat enam job menyanyi. Apabila sedang ramai, bisa ada 30 permintaan. Kata dia, ada bulan-bulan di mana permintaan akan sangat banyak seperti bulan syawal dan setelah Iduladha. Permintaan akan sepi ketika masuk bulan Suro. “Kalau di pementasan wayang yang belum pernah dan belum berani juga jadi sinden. Pernah diajak. Saya tolak. Susah soalnya. Iringan gamelan dengan electone kan beda,” ucapnya.
Sebagai seorang Generasi Z, Linda begitu akrab dengan media sosial dengan segala trennya. Dia kerap membagikan aktivitasnya ketika menyanyi di Instagram dan TikTok. Rabu, (22/5) Linda membagikan video ketika dia mengkover lagu A Thousand Years milik Christina Perri di TikTok.
Lagu ini bercerita tentang ketakutan untuk jatuh cinta dan menjadi soundtrack selama kredit film The Twilight Saga: Breaking Dawn—Part 1. Dia mewakili kisah cinta Edward Cullen and Bella Swan. “Saya memang suka lagu punya Christina Perri. Lagunya yang A Thousand Years ini kan booming banget dulu itu. Pertama kali meng-cover lagu [berbahasa] Inggris ya baru ini,” lanjutnya.
BACA JUGA: Viral, Sinden Gunungkidul Nyanyikan A Thousand Year dengan Cengkok Jawa
Setelah dia meng-cover lagu ini, Linda mendapat julukan baru yaitu Linda Sewu Tahun. Banyak pemilik hajatan meminta dia membawakan lagu A Thousand Years. Netizen pun meminta dia meng-cover lagu-lagu lain. Dari sini dia semakin rajin meng-cover lagu berbahasa Inggris seperti Avenged Sevenfold berjudul Dear God. Linda pun semakin dikenal publik.
Juni lalu, Linda bahkan mendapat undangan untuk menghadiri acara gelar wicara Brownis di Trans TV. Hanya, dia belum dapat hadir, karena memiliki tanggungan pekerjaan.
Linda sebagai generasi muda asal pelosok Gunungkidul mengaku tak perlu malu untuk membawakan lagu campursari atau menjadi sinden. Dia berangan-angan, lagu-lagu yang memiliki akar penciptaan dari budaya Jawa dapat dikenal masyarakat luas seperti Korean Pop.
Sementara Madiasta, keyboardist Linda mengaku tak begitu sulit mengiringi lagu yang dibawakan ketika berada di panggung. Dia telah mempersiapkan beberapa lagu dari rumah. “Permintaan pasar kami kan biasanya di hajatan. Lagunya ya itu-itu aja. Intinya persiapan,” kata Madiasta.
Madiasta yang kerap dipanggil Basir ini bahkan membeli keyboard agar dapat terus berlatih. Dia selalu mengupayakan yang paling maksimal dalam setiap kesempatan.
Namun, ada saja hal-hal yang terjadi di luar ekspektasi. Keyboard Madiasta pernah diguyur air yang tumpah dari atap tenda ketika hujan deras. Keyboard itu mati. Beruntung, setelah dikeringkan menggunakan hairdryer, keyboard miliknya hidup kembali.
Berboncengan
Dia kerap berboncengan dengan Linda ketika akan menghadiri undangan menyanyi. Biasanya, keyboard miliknya dia letakkan di depan. “Nah waktu saya bawa di depan itu, sepertinya keyboard-nya nyenggol sepatu Linda yang akhirnya jatuh itu,” katanya.
Tak terasa obrolan dengan Linda dan Madiasta selesai pukul 20.15 WIB. Para pemuda yang bermain skateboard masih belum pulang. Beberapa orang lain masih setia duduk dan berbincang.
Sebelum Linda dan keyboardistnya pergi, Linda menyanyikan dua lagu yang dia kover dengan cengkok sinden : Dear God dan A Thousand Years. Hanya bagian reff saja yang dia lantunkan sembari berdiri di bawah lampu oranye terang.
Ternyata, beberapa orang di taman kota ikut mendengarkan Linda menyanyi. Mereka diam-diam mengambil foto Linda. Linda tahu dan menghentikan nyanyiannya. “Wah ojo difoto Mbak, isin aku,” kata dia sembari menutupi wajah dan meringkuk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Puncak Musim Hujan Diprediksi Terjadi pada November 2024 hingga Februari 2025
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Kantongi Izin TRL, Teknologi Pemusnah Sampah Dodika Incinerator Mampu Beroperasi 24 Jam
- Korban Apartemen Malioboro City Syukuri Penyerahan Unit, Minta Kasus Tuntas
- Tak Gelar Kampanye Akbar Pilkada Sleman, Tim Paslon Harda-Danang Bikin Kegiatan Bermanfaat di 17 Kapanewon
- Kembali Aktif Setelah Cuti Kampanye, Ini Pesan KPU Kepada Bupati Halim dan Wabup Joko Purnomo
- Semarak, Ratusan Atlet E-Sport Sleman Bertarung di Final Round E-Sport Competition Harda-Danang
Advertisement
Advertisement